
Warung gudeg Yu Djum sendiri sudah memiliki banyak cabang yang tersebar di Yogyakarta. Masalah rasa sudah tak perlu diragukan lagi, mulai berjualan gudeg sejak usia 17 tahun, rasa gudeg Yu Djum sudah menjadi legenda. Tak banyak yang bisa kita ketahui tentang sosok Yu Djum, selain fotonya yang banyak terpampang di hampir semua warung gudegnya. Sebenarnya bagaimana sih sejarah gudeg Yu Djum hingga bisa sesukses sekarang ini?
Berjualan sejak usia 17 tahun
Semua orang tahu Yu Djum merupakan salah satu legenda gudeg di Yogyakarta. Namun siapa yang menyangka bahwa Djuwariyah (Yu Djum) sudah mulai berjualan gudeg saat usianya masih 17 tahun. Djuwariyah lahir dari keluarga yang sudah memiliki bisnis kuliner gudeg, sehingga sejak remaja ia bercita-cita ingin membangun sebuah rumah makan gudeg miliknya sendiri. Dan hasil dari cita-citanya ini bisa kita lihat saat ini.

Mulanya mengumpulkan modal dengan rumput
Tak ada kesuksesan tanpa usaha keras. Sepertinya kata-kata ini cocok untuk menggambarkan bagaimana kerja keras Djuwariyah untuk mewujudkan mimpinya. Perlahan tapi pasti, Djuwariyah muda menjual rumput untuk pakan ternak para tetangga yang berada di sekitar rumahnya. Hasil penjualan rumput ini Djuwariyah gunakan untuk membeli peralatan dan segala macam kebutuhan untuk memasak gudeg.

Dimulai dari lapak kecil
Kampung Widjilan menjadi tempat pertama bagi Djuwariyah untuk menjajakan gudeg buatannya. Bukan sebuah tempat makan seperti sekarang, di sebelah selatan Pelengkung Widjilan Djuwariyah menjajakan gudegnya hanya dengan lapak kecil yang dilengkapi dengan meja kursi yang sederhana. Sementara itu tempat memasaknya berada di Kampung Karangasem, Mbarek, tepatnya di jalan Kaliurang KM 4,5 sehingga harus menggunakan becak untuk pulang-pergi.

Dengan lapak kecil itulah Yu Djum berhasil mengumpulkan modal sedikit demi sedikit untuk membeli tanah dan sebuah bangunan rumah. Sehingga pada tahun 1985 warung makan gudeg Yu Djum dibuka di Widjilan. Nama Yu Djum sendiri diambil dari kata mbakyu yang disingkat “Yu” yang merupakan panggilan untuk orang yang lebih tua (perempuan) dalam bahasa Jawa. Sementara “Djum” merupakan kependekan dari Djuwariyah.
Mulai dikenal masyarakat
Semakin lama gudeg Yu Djum makin dikenal oleh masyarakat luas. Dimasak dengan cara tradisional dan menggunakan bumbu pilihan, membuat gudeg Yu Djum mempunyai rasa gurih dan manis yang sangat pas. Inilah kenapa tak hanya dicintai masyarakat Jogja, namun juga diburu oleh wisatawan luar Jogja. Oleh sebab itu pada tahun 1993, dapur utama yang berada di Kampung Karangasem juga difungsikan sebagai warung makan gudeg.

Karena perkembangan yang sangat pesat, saat ini warung gudeg Yu Djum sudah memiliki beberapa cabang yang dikelola oleh anak cucunya. Tak usah khawatir, cita rasa gudeg tetap terjaga hingga kini. Jika kamu berkunjung ke Jogja, sempatkan mampir dan rasakan gudeg legendaris yang kelezatannya tak lekang dimakan zaman.
0 komentar:
Posting Komentar