Aplikasi penunjuk jalan sudah massive digunakan pengguna
kendaraan bermotor, bersamaan dengan menjamurnya ponsel pintar, sebut
saja Waze atau Google Maps. Bahkan sistem sudah menjadi fitur yang
terintegerasi dengan head unit mobil.
Di satu sisi ada
masyarakat yang mempercayakan perjalanan pada rute yang ditunjukkan GPS
(Global Positioning System) tersebut, tapi masih ada beberapa kelompok
lain yang menggunakan cara konvensional, dan menganggap ada hal yang
tidak bisa diakomodasi oleh teknologi komputer tersebut.
Keduanya,
tentu saja membuat pengemudi sampai di tujuan, tapi salah satu cara
yang digunakan, ternyata bisa meningkatkan kemampuan otak. Sebuah studi
yang dilakukan oleh University College London, menemukan dua area di
bagian otak, yang berhubungan dengan arah jalan di wilayah hippocampus dan terkait pengambilan keputusan pada bagian prefrontal cortex,
yang bekerja ketika pengendara salah jalan atau ketika melihat beberapa
jalan yang harus dipilih sepanjang rute perjalanan mereka.
Para
peneliti coba mengamati otak dari 24 sukarelawan yang dijadikan bahan
uji coba, dengan melakukan simulasi berkendara. Beberapa menggunakan
rute yang sudah disiapkan (Pengemudi 1) dan sisanya tidak (Pengemudi 2).
Pada "Pengemudi 1" tidak tampak ada aktivitas tambahan di otak mereka,
sementara "Pengemudi 2", menunjukkan kepekaan terhadap kekusutan
jaringan jalan London, dan membuat otak bekerja, seperti mulai
merencanakan, memutuskan, dan menuai hasil dari penemuan mereka.
“Hasil kami cocok dengan deskripsi hippocampus yang mensimulasikan perjalanan di jalur yang mungkin dilalui di masa depan, sedangkan prefrontal cortex,
membantu kita untuk merencanakan mana yang akan membawa kita ke
tujuan,” tutur Hugo Spiers, seorang profesor dari UCL of Experimental
Psychology, mengutip Caranddriver, Selasa (28/3/2017).
"Ketika
kita memiliki teknologi yang memberitahu kita kemana harus pergi,
bagian-bagian dari otak kemudian tidak akan merespon jaringan jalan.
Artinya bahwa itu akan mematikan otak dari sesuatu yang menarik dari
jalan-jalan di sekitar kita,” ujar Spiers.
Spiers melanjutkan, pada penelitian sebelumnya di 2011, yang dilakukan pada driver taksi
pasca tes mengemudi, di mana mereka harus menghafal seluruh kota, area
hippocampus di otak mereka membesar. Sementara pengemudi lain di luar
itu tidak, dan itu bisa menghilangkan “tuntutan tinggi” pada
bagian-bagian otak (melemahkannya).
“Berpikir tentang di mana Anda
berada, dalam ruang dan waktu adalah sesuatu yang sehat,” ujar Spiers.
Para pakar saraf setuju, cara terbaik untuk menjaga otak tetap aktif,
adalah dengan menggunakannya.
Namun, perkembangan teknologi yang
ada sulit untuk membendung hasrat manusia untuk mengunakannya, pasalnya
ini dianggap bisa membantu dan memudahkan perjalanan tanpa harus repot
bertanya dan berpikir, sehingga mengefisiensi waktu.
Selasa, 30 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar